:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5108465/original/079503300_1737723635-portrait-image-beautiful-young-asian-woman-holding-drinking-iced-coffee-cafe_9563-22506.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5108465/original/079503300_1737723635-portrait-image-beautiful-young-asian-woman-holding-drinking-iced-coffee-cafe_9563-22506.jpg)
Kopi, minuman yang menemani jutaan orang setiap hari, ternyata punya cerita yang lebih kompleks dari sekadar penambah energi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kopi bisa memengaruhi pencernaan, bahkan memicu masalah seperti mulas atau gangguan pada usus. Tapi, benarkah kopi sejahat itu untuk perut kita?
Banyak yang percaya kopi adalah biang keladi sakit perut. Memang, kopi mengandung kafein dan asam yang bisa memicu produksi asam lambung. Bagi sebagian orang, terutama yang punya masalah dengan sindrom iritasi usus besar (IBS), kopi bisa memperparah gejala. Tapi, penelitian lain menunjukkan bahwa kopi berkafein tidak selalu menyebabkan masalah maag pada semua orang. Jadi, jawabannya tidak sesederhana itu.
Kuncinya ada pada keseimbangan kimia dalam kopi itu sendiri. Bukan hanya satu senyawa yang berperan, tapi interaksi berbagai zat kimia yang menentukan efeknya pada lambung. Sebuah studi bahkan menemukan bahwa kopi tidak memicu masalah usus pada partisipan, meskipun meningkatkan asam lambung.
Menariknya, jenis kopi yang berbeda juga memberikan efek yang berbeda. Kopi yang dipanggang lebih gelap cenderung menghasilkan lebih sedikit asam lambung dibandingkan kopi panggang sedang. Ini karena kopi panggang gelap memiliki kadar senyawa kimia tertentu yang lebih tinggi, sementara kadar senyawa lain lebih rendah.
Jika kamu termasuk orang yang sensitif terhadap kopi, jangan langsung menyerah! Ada beberapa trik yang bisa dicoba. Pertama, perhatikan jenis kopi yang kamu minum. Kopi panggang gelap bisa menjadi pilihan yang lebih baik karena lebih rendah asam. Selain itu, varietas kopi tertentu secara alami kurang asam, tergantung pada tempat tumbuh dan cara pengolahannya.
Metode penyeduhan juga berpengaruh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kopi yang diseduh panas memiliki kadar keasaman yang lebih tinggi dibandingkan kopi yang diseduh dingin. Jadi, cold brew bisa menjadi alternatif yang lebih ramah di perut.
Menambahkan susu ke dalam kopi adalah trik lama yang dipercaya bisa meredakan efek kopi pada lambung. Beberapa protein dalam susu memang bisa mengikat senyawa dalam kopi yang memicu produksi asam lambung. Sebuah studi bahkan menemukan bahwa menambahkan susu ke kopi tidak memicu refluks asam.
Namun, perlu diingat bahwa susu bukan solusi untuk semua orang. Bagi mereka yang intoleran laktosa atau alergi susu sapi, menambahkan susu justru bisa menimbulkan masalah baru. Jadi, pertimbangkan kondisi tubuhmu sebelum menambahkan susu ke dalam kopi.
Pada akhirnya, menemukan kopi yang cocok untuk perutmu adalah soal eksperimen dan penyesuaian pribadi. Setiap orang memiliki toleransi yang berbeda terhadap kopi. Variasi genetik juga bisa memengaruhi bagaimana tubuhmu bereaksi terhadap senyawa dalam kopi. Jadi, jangan takut mencoba berbagai merek, metode penyeduhan, dan varietas kopi sampai kamu menemukan yang paling pas.
Selain itu, jangan lupakan manfaat lain dari kopi. Selain memberikan dorongan energi, kopi juga bisa meningkatkan konsentrasi, melindungi dari penyakit neurodegeneratif, dan bahkan menurunkan risiko beberapa jenis kanker. Jadi, nikmati kopi dengan bijak dan perhatikan bagaimana tubuhmu meresponsnya.
Lifestyle juga bisa menjadi bagian dari cerita kopi. Misalnya, ampas kopi yang sering dianggap sampah ternyata memiliki manfaat luar biasa, seperti untuk eksfoliasi, mengurangi selulit, dan mencerahkan kulit. Bahkan, ada gerakan untuk membuat kebiasaan ngopi lebih ramah lingkungan melalui program daur ulang kapsul kopi.
Type above and press Enter to search.
Type above and press Enter to search.