Dulu banget, jauh sebelum TikTok dan drama Korea merajalela, ada cerita yang turun temurun diceritakan dari mulut ke mulut. Cerita tentang seorang jagoan, bukan jagoan yang baik hati kayak superhero di film-film, tapi jagoan yang kelakuannya bikin geleng-geleng kepala. Bayangin aja, punya kekuatan super, tapi malah dipakai buat bikin rusuh. Kan, nggak lucu?

Nah, si pendekar ini, sebut saja namanya si Gatot Gadungan (biar agak kekinian), punya kemampuan bela diri yang luar biasa. Sekali pukul, pohon tumbang. Sekali tendang, gunung retak (lebay dikit, biar seru). Tapi sayangnya, kekuatan itu nggak diimbangi sama akhlak yang baik. Kerjanya cuma bikin onar, gangguin orang, dan pokoknya bikin resah masyarakat sekitar. Bikin kesel, kan?

Kenapa sih dia begitu? Mungkin waktu kecil kurang dikasih perhatian. Atau mungkin dia punya dendam kesumat sama dunia. Entahlah. Yang jelas, kelakuannya itu bikin banyak orang menderita. Para pedagang pasar jadi takut dagangannya dirampas. Para petani was-was hasil panennya dijarah. Pokoknya, hidup jadi nggak tenang gara-gara si Gatot Gadungan ini.

Tapi, namanya juga cerita rakyat, pasti ada pesan moralnya. Nggak mungkin kan, cerita cuma buat nakut-nakutin doang? Pasti ada pelajaran yang bisa kita ambil. Mungkin tentang pentingnya menggunakan kekuatan untuk kebaikan. Atau tentang bahayanya menyalahgunakan kekuasaan. Atau mungkin juga tentang pentingnya punya hati nurani.

Pertanyaan bagus! Ini kayak pertanyaan filosofis yang sering muncul di benak kita. Kenapa ya, orang yang punya kelebihan, entah itu kekuatan fisik, kekayaan, atau kekuasaan, seringkali malah jadi sombong dan menyebalkan? Padahal, kalau mereka mau, mereka bisa menggunakan kelebihan mereka untuk membantu orang lain. Tapi, kenyataannya seringkali malah sebaliknya.

Mungkin karena mereka merasa superior. Merasa lebih tinggi dari orang lain. Merasa berhak melakukan apa saja yang mereka mau. Atau mungkin karena mereka nggak pernah merasakan kesulitan hidup. Jadi, mereka nggak punya empati sama orang lain. Mereka nggak tahu bagaimana rasanya jadi orang susah. Makanya, mereka jadi nggak peduli sama penderitaan orang lain.

Atau mungkin juga karena lingkungan. Kalau dari kecil mereka dibesarkan di lingkungan yang serba mewah dan dimanja, mereka jadi terbiasa dengan gaya hidup yang hedonis dan nggak peduli sama orang lain. Mereka cuma mikirin diri sendiri dan kesenangan mereka sendiri. Jadi, jangan heran kalau mereka jadi nyebelin.

Tapi, nggak semua orang kuat itu nyebelin kok. Ada juga kok orang yang punya kekuatan tapi tetap rendah hati dan peduli sama orang lain. Mereka menggunakan kekuatan mereka untuk membantu orang yang membutuhkan. Mereka menjadi inspirasi bagi banyak orang. Mereka membuktikan bahwa kekuatan itu bisa digunakan untuk kebaikan.

Wah, ini pertanyaan yang menarik! Bayangin aja, semua orang bisa terbang, punya kekuatan super, atau bisa menghilang. Pasti dunia jadi kacau balau! Mungkin bakal ada perang antar tetangga gara-gara rebutan lahan parkir. Atau mungkin bakal ada lomba lari keliling dunia tanpa bayar tiket pesawat. Seru sih, tapi juga ngeri.

Mungkin juga bakal ada superhero dadakan yang muncul di mana-mana. Tukang ojek online jadi bisa terbang nganterin penumpang. Ibu-ibu arisan jadi bisa teleportasi ke rumah temennya. Anak sekolah jadi bisa menghilang pas lagi ulangan. Pokoknya, dunia jadi penuh dengan kejutan.

Tapi, di sisi lain, mungkin juga bakal ada banyak masalah baru yang muncul. Kriminalitas mungkin meningkat karena semua orang punya kekuatan untuk melakukan kejahatan. Polisi mungkin kewalahan menghadapi penjahat super. Hukum mungkin perlu direvisi untuk menyesuaikan dengan kondisi baru.

Intinya, kalau semua orang punya kekuatan super, dunia bakal jadi tempat yang sangat berbeda. Mungkin lebih seru, tapi juga lebih berbahaya. Kita harus siap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Kita harus belajar menggunakan kekuatan kita dengan bijak dan bertanggung jawab.

Nah, ini pertanyaan yang paling penting! Gimana caranya biar kita nggak jadi orang yang nyebelin? Gimana caranya biar kita bisa jadi orang yang baik hati, rendah hati, dan peduli sama orang lain? Jawabannya sebenarnya sederhana: belajar untuk berempati.

Empati itu kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. Kemampuan untuk memahami sudut pandang orang lain. Kemampuan untuk menempatkan diri kita di posisi orang lain. Kalau kita punya empati, kita nggak akan tega menyakiti orang lain. Kita akan selalu berusaha untuk membantu orang lain. Kita akan menjadi orang yang lebih baik.

Selain itu, kita juga harus belajar untuk bersyukur. Bersyukur atas apa yang kita miliki. Bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita. Kalau kita bersyukur, kita nggak akan sombong. Kita nggak akan merasa lebih tinggi dari orang lain. Kita akan selalu rendah hati dan menghargai orang lain.

Dan yang terakhir, kita harus belajar untuk berbagi. Berbagi dengan orang yang membutuhkan. Berbagi dengan orang yang kurang beruntung. Kalau kita berbagi, kita akan merasa bahagia. Kita akan merasa hidup kita lebih bermakna. Kita akan menjadi orang yang lebih bermanfaat bagi orang lain.

Jadi, mulai sekarang, yuk kita belajar untuk berempati, bersyukur, dan berbagi. Dengan begitu, kita bisa menjadi orang yang lebih baik dan nggak nyebelin. Kita bisa membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik untuk semua orang.

Balik lagi ke cerita si Gatot Gadungan, semoga aja dia akhirnya sadar dan berubah jadi jagoan yang beneran. Jagoan yang membela kebenaran dan membantu orang yang lemah. Siapa tahu, kan? Namanya juga cerita rakyat, endingnya bisa aja happy ending.