:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4064467/original/010151800_1656240834-eric-ward-7KQe_8Meex8-unsplash_1_.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4064467/original/010151800_1656240834-eric-ward-7KQe_8Meex8-unsplash_1_.jpg)
Pernah nggak sih kamu bertanya-tanya, sebenarnya apa sih yang terjadi di dalam kepala kita saat emosi meluap, misalnya saat lagi marah banget? Ternyata, di balik rasa panas dan ingin meledak itu, ada kerjasama yang kompleks antara beberapa bagian otak kita, lho!
Dua pemain utama dalam drama emosi ini adalah amigdala dan korteks prefrontal. Amigdala, si kecil yang terletak di dalam otak, sering disebut sebagai pusat emosi kita. Dialah yang pertama kali bereaksi saat kita merasakan ancaman atau bahaya. Bayangkan saja, saat kamu hampir tertabrak motor, amigdala langsung berteriak Awas! dan memicu respons fight-or-flight, membuat jantung berdebar kencang dan napas tersengal-sengal.
Sementara itu, korteks prefrontal, yang terletak di bagian depan otak, bertugas sebagai manajer yang lebih rasional. Tugasnya adalah menenangkan amigdala yang panik dan menganalisis situasi secara logis. Korteks prefrontal inilah yang membantu kita berpikir jernih dan membuat keputusan yang bijak, alih-alih langsung bertindak impulsif.
Nah, terkadang, amigdala bisa menang dan membuat kita bertindak di luar kendali. Ini bisa terjadi kalau kita lagi stres berat, kurang tidur, atau punya pengalaman traumatis di masa lalu. Saat amigdala terlalu aktif, korteks prefrontal jadi kewalahan dan sulit untuk menenangkan emosi yang bergejolak.
Tapi, jangan khawatir! Ada cara untuk melatih otak kita agar lebih seimbang dan responsif. Salah satunya adalah dengan meditasi. Meditasi, yang sering dianggap sebagai kegiatan relaksasi biasa, ternyata punya dampak yang luar biasa bagi otak kita.
Penelitian menunjukkan bahwa meditasi secara teratur dapat mengurangi ukuran amigdala dan meningkatkan ukuran korteks prefrontal. Dengan kata lain, meditasi membantu menyeimbangkan respons emosional dan rasional kita. Amigdala jadi tidak terlalu reaktif, sementara korteks prefrontal jadi lebih kuat dalam mengendalikan emosi.
Selain meditasi, ada juga beberapa cara lain yang bisa membantu menenangkan otak saat emosi sedang tidak terkendali. Misalnya, dengan menarik napas dalam-dalam, berolahraga, atau berbicara dengan orang yang kita percaya. Intinya, cari cara yang paling cocok untukmu dan jadikan itu sebagai kebiasaan.
Melatih otak agar tidak mudah terpancing emosi itu seperti melatih otot. Semakin sering dilatih, semakin kuat dan responsif otot tersebut. Begitu juga dengan otak kita. Semakin sering kita melatihnya dengan meditasi, mindfulness, atau teknik relaksasi lainnya, semakin mudah kita mengendalikan emosi kita.
Berikut beberapa tips yang bisa kamu coba:
Ingat, mengendalikan emosi itu bukan berarti menekan atau menyangkalnya. Justru, dengan memahami bagaimana otak kita bekerja dan melatihnya secara teratur, kita bisa belajar untuk merespons emosi dengan lebih bijak dan efektif.
Jadi, lain kali saat kamu merasa emosi mulai memuncak, ingatlah bahwa ada dua pemain di dalam otakmu yang sedang berinteraksi. Beri kesempatan pada korteks prefrontal untuk ikut bicara dan menenangkan amigdala yang sedang panik. Dengan latihan yang konsisten, kamu bisa menjadi sutradara yang handal dalam mengendalikan emosi sendiri!
Type above and press Enter to search.
Type above and press Enter to search.