

Sebuah negara pulau yang pernah menjadi simbol kemakmuran kini menghadapi kenyataan pahit kebangkrutan. Gaya hidup mewah dan pengeluaran pemerintah yang tak terkendali menjadi penyebab utama keruntuhan ekonomi negara tersebut. Kisah ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya pengelolaan sumber daya yang bijaksana dan berkelanjutan.
Pada awal abad ke-20, perusahaan Inggris menemukan fosfat dalam jumlah besar di pulau tersebut. Penambangan fosfat dimulai pada tahun 1907 dan dieksploitasi oleh pemerintah Inggris, Australia, dan Selandia Baru selama beberapa dekade. Setelah memperoleh kemerdekaan pada tahun 1968, negara tersebut mengambil alih tambang fosfat, yang memicu ledakan ekonomi. Negara ini sempat menjadi negara terkaya di dunia per kapita, bahkan melampaui negara-negara Arab kaya minyak. Pemerintah menyediakan berbagai layanan penting secara gratis, termasuk pendidikan, perawatan medis, transportasi, dan bahkan surat kabar.
Namun, kemakmuran ini ternyata tidak berkelanjutan. Ekonomi negara sangat bergantung pada fosfat, dan ketika sumber daya ini mulai menipis pada tahun 1990-an, masalah mulai muncul. Ketergantungan yang berlebihan pada satu sumber daya alam membuat negara ini rentan terhadap fluktuasi pasar dan akhirnya menyebabkan krisis ekonomi.
Di puncak kejayaannya, negara ini mengalami kegilaan konsumsi. Penduduknya menghabiskan uang untuk mobil-mobil mewah seperti Lamborghini dan Ferrari. Bahkan, ada cerita tentang seorang polisi yang membeli Lamborghini meskipun tidak muat di dalamnya. YouTuber Ruhi Çenet mengunjungi negara tersebut dan menemukan mobil-mobil mewah yang terbengkalai di pinggir jalan, menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu. Selain itu, korupsi merajalela juga memperparah keadaan. Negara ini sempat menjadi surga pajak yang menjual lisensi perbankan dan paspor, yang menyebabkan Departemen Keuangan AS menetapkannya sebagai negara pencucian uang pada tahun 2002.
Kebangkrutan ekonomi telah membawa konsekuensi yang signifikan bagi penduduk negara tersebut. Tingkat obesitas sangat tinggi, mencapai 70% dari populasi, yang disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap makanan bergizi dan kecintaan terhadap makanan olahan. Tingkat merokok juga sangat tinggi. Australia memberikan bantuan keuangan kepada negara tersebut sebagai imbalan atas pulau kecil yang menjadi tuan rumah bagi pusat pencari suaka yang menuju Australia. Negara ini terus berupaya mencari cara lain untuk menghasilkan uang dan memulihkan ekonominya.
Type above and press Enter to search.
Type above and press Enter to search.