

Program hilirisasi, yang telah dirintis sejak tahun 2009, akan terus menjadi fokus utama pemerintahan mendatang. Pemerintah berkomitmen untuk memperdalam proses hilirisasi hingga mencapai konsumen akhir.
Sebagai contoh, dalam sektor nikel, hilirisasi tidak hanya berhenti pada pengolahan bahan mentah. Pemerintah menargetkan untuk mengembangkan industri baterai secara komprehensif, mulai dari bahan baku hingga produk akhir yang dapat digunakan oleh masyarakat luas. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah sumber daya alam dan menciptakan lapangan kerja baru.
Selain nikel, batu bara juga menjadi komoditas penting dalam program hilirisasi. Salah satu produk turunan yang potensial adalah Dimethyl Ether (DME), sebuah alternatif gas yang dapat menggantikan Liquefied Petroleum Gas (LPG). Diversifikasi ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada impor LPG dan meningkatkan ketahanan energi nasional.
Meskipun program hilirisasi telah berjalan, masih terdapat tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah pengembangan infrastruktur yang memadai untuk mendukung proses pengolahan dan distribusi produk hilirisasi. Selain itu, investasi dalam teknologi dan sumber daya manusia juga menjadi kunci keberhasilan program ini. Dengan mengatasi tantangan tersebut, Indonesia dapat memaksimalkan potensi sumber daya alamnya dan menjadi pemain utama dalam rantai pasok global.
Type above and press Enter to search.
Type above and press Enter to search.